Click here for Myspace Layouts
Powered by Blogger.

Wednesday, April 28, 2010

Olahraga Para Mujahid


Dr. Fahmi Amhar

Pernahkah kita menghitung berapa banyak medali dari area kontes olahraga internasional yang dimenangkan oleh atlit dunia Islam? Minimal.
Pernahkah kita menghitung, berapa banyak olahraga beladiri yang dari Asia Timur (Cina, Korea, Jepang) dan berapa dari Dunia Islam (Timur Tengah)? Kita bahkan tidak tahu lagi, apa nama olahraga beladiri yang pernah dipelajari para mujahid. Yang pasti bukan kungfu, karate, kempo, aikido, iaido, judo, jiu jitsu ataupun taekwondo.
Padahal Rasulullah pernah memerintahkan agar anak-anak muslim diajari olahraga berenang, berkuda dan memanah, suatu tamsil olahraga-olahraga yang dapat digunakan untuk survival, membela diri, dan tentunya berjihad.
Kalau kita menengok pada sejarah dan kebudayaan di Nusantara, akan ditemukan berbagai jenis beladiri tradisional yaitu “silat”. Menurut Sheikh Shamsuddin (2005) dalam “The Malay Art Of Self-defense: Silat Seni Gayong” silat adalah ilmu beladiri yang terbuka sejak awal, sehingga membawa unsur-unsur yang diserap dari para pedagang maupun prajurit dari India, Cina, Arab, Turki dan sebagainya. Legenda di Semenanjung Melayu meyakini bahwa Hang Tuah dari abad-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal yang sama terjadi di Pulau Jawa, yang membanggakan Mas Karebet, alias Joko Tingkir alias Sultan Hadiwijaya yang berkuasa di kesultanan Pajang.
Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama, seiiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual, karena sudah menjadi tradisi di pesantren-pesantren, bahwa ilmu silat tingkat tinggi hanya diberikan kepada santri yang telah khattam kitab-kitab fiqih dan tasawuf tingkat lanjut serta telah terbukti mampu menahan gejolak hawa nafsunya.
Apa yang terjadi dan masih dapat dibuktikan jejaknya di berbagai pesantren di Nusantara ini pastilah cerminan dari tradisi yang sama yang mungkin merata di Daulah Islam. Tidak akan mungkin Daulah Islam memiliki para mujahid yang tangguh manakala mereka tidak memiliki mata airnya, yaitu para santri yang mempraktekkan olahraga para mujahid. Dengan demikian, silat atau sejenisnya berkembang di dunia Islam oleh semangat jihad, bukan semangat ingin terkenal di arena kejuaraan, apalagi sekedar semangat mendapatkan materi ataupun balas dendam. Namun ketika aura jihad semakin redup dari dunia Islam, meredup pula tradisi tersebut.
Selain silat, olahraga yang sangat terkait dengan jihad adalah olahraga strategi, yaitu catur. Secara umum catur dipercaya berasal dari India pada masa kerajaan Gupta pada abad-6 Masehi. Catur berasal dari kata “caturaga”, yang berarti empat divisi di ketentaraan yakni infrantri (=prajurit yang berjalan kaki), kavaleri (=kuda), gajah, dan panser (=benteng). Permainan ini kemudian populer di wilayah kekaisaran Persia sekitar tahun 600 M. Ketika Persia dibebaskan oleh tentara Islam, permainan ini ikut diadopsi, karena dipandang baik untuk berlatih strategi. Istilah “skak” berasal dari kata Persia “Syah”, yang berarti raja. Tentu saja, suatu pasukan tidak akan memang jika hanya belajar strategi saja. Namun ketika ilmu strategi ini telah mengendap pada para komandan pasukan Islam, ditambah mereka memiliki kesiapan jasmaniyah – yang dilatih dengan silat - dan kesiapan ruhiyah yang dilatih dengan taqarrub ilallah, maka mereka menjadi pasukan yang sangat tangguh.
Selain beladiri sebagai olahraga jihad, berenang dan menunggang kuda juga menjadi olahraga primadona di masa khilafah Islam yang panjang. Khilafah Islam banyak membangun pemandian umum di dalam gedung tertutup, di mana pemandian khusus pria terpisah sama sekali dari pemandian khusus wanita, dengan penjaga yang hanya dari jenis kelamin yang sama. Walhasil olahraga berenang dapat dipelajari dan dinikmati secara sehat, tanpa risiko-risiko pelanggaran terhadap syariat. Sebagian sisa-sisa pemandian ini masih dapat dilihat sampai sekarang di Cairo, Damaskus atau Istanbul. Model pemandian semacam ini oleh orang Eropa disebut dengan “Turkish Bath”.
Kemampuan berenang para mujahid Islam terbukti dalam beberapa peperangan di air, di mana mereka sengaja menabrakkan kapal-kapalnya ke kapal musuh, dan meloncat ke dalam air beberapa menit sebelumnya. Selanjutnya kapal musuh yang tersangkut kapal yang menabraknya itu dibakar dengan panah berapi.
Demikian juga dengan berkuda. Perhatian terhadap kuda adalah istimewa, karena kuda memiliki berbagai fungsi baik di masa damai maupun masa perang. Perhatian selama berabad-abad itu menghasilkan ras “kuda Arab” yang dikenal sebagai salah satu ras unggul di dunia, yang mampu mengarungi padang pasir dengan lebih cepat. Namun ras unggul itu hanya akan bermanfaat bila kendalinya dipegang oleh pengendara yang mahir. Karena itu, kemampuan menunggang kuda tingkat dasar sempat menjadi salah satu pelajaran yang wajib dikuasai seorang pelajar ibtidaiyah sebelum dinyatakan lulus.
Kemunduran olahraga beladiri secara signifikan terjadi merata di seluruh dunia (termasuk di Eropa) sejak ditemukannya senjata api. Ketika Eropa dengan intelijen dan tipu muslihatnya berhasil menjajah berbagai negeri di Asia, termasuk sebagian besar dunia Islam, mempelajari beladiri tradisional mulai dilarang secara sistematis. Ilmu-ilmu beladiri ini baru mengalami “reinkarnasi” jauh setelah penjajahan militer berakhir, dan setelah seni beladiri berhasil dimandulkan hanya untuk sekedar olahraga. Seni beladiri sebagai suatu kemampuan untuk bertarung yang sesungguhnya hanya tinggal ada di film-film laga, yang dalam hal ini film Jepang atau Cina memang selangkah lebih maju, sehingga berhasil membuat seni beladiri dari negeri itu terkenal dan berkembang di seluruh dunia.
Demikian juga kemampuan berenang di dunia Islam justru semakin turun sejak pemandian-pemandian umum yang syar’i tiada. Selain atlit perenang yang sedang berlatih, mayoritas orang datang ke kolam renang hanya untuk bersenang-senang, sambil suka tak suka menyaksikan aurat di sana-sini. Sementara itu, sejak ditemukannya sepeda dan kendaraan bermotor, berkuda menjadi sesuatu yang exklusif bagi kalangan berada. Padahal banyak sisi lain yang dapat dipelajari dari berkuda, yang tak ditemukan pada kendaraan lain.

Read more...

Tuesday, April 20, 2010

MENYATUKAN LANGKAH MENYONSONG TEGAKNYA KHILAFAH




[Al-Islam 503] Rabu, 21 April 2010, sebuah perhelatan besar umat Islam, yakni Muktamar Mubalighah Indonesia (MMI), digelar di Istora Senayan Jakarta. Acara yang dihadiri oleh ribuan mubalighah seluruh Indonesia. MMI digagas Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI). Kegiatan ini dimaksudkan antara lain sebagai salah satu upaya untuk menyatukan langkah sekaligus mengokohkan peran Muslimah, khususnya para mubalighah, dalam mendukung perjuangan umat Islam demi tegaknya syariah dan Khilafah.

Sebagaimana diketahui, makin banyak kalangan menyadari bahwa saat ini umat Islam di seluruh dunia dan Indonesia khususnya tengah menghadapi berbagai persoalan (penjajahan) baik ekonomi, politik, militer, hukum, sosial, budaya maupun pemikiran. Persoalan tersebut menjadikan umat Islam tidak lagi mampu menunjukkan dirinya sebagai khayru ummah.

Seluruh problem di atas berpangkal pada tidak adanya kehidupan Islam yang di dalamnya diterapkan syariah di bawah kepemimpinan seorang khalifah yang dapat melindungi umat dari berbagai serangan dan gangguan.

Dengan pertolongan Allah dan keikhlasan para pengemban dakwah, kini semua komponen umat, termasuk mubalighah di dalamnya, mulai bergulir dalam satu muara besar; kesadaran baru untuk menyongsong tegaknya syariah dan Khilafah. Mereka menyatukan langkah, berkiprah aktif dalam arus utama perjuangan penegakan Khilafah. Sebab, telah disadari bahwa Khilafah adalah bagian penting dari Islam; tidak ada perbedaan pendapat tentang itu (muqarrar ’inda ahli al-’ilmi wa la khilaf fihi). Ini adalah perkara penting yang dimaklumi dalam agama, bahkan menjadi ”fardh[un] wa wa’d[un minallahi ta’ala” (kewajiban dan janji dari Allah SWT).

Peran dan Tanggung Jawab Pengemban Dakwah

Sebagai bagian dari komponen umat Islam, para pengemban dakwah, termasuk di dalamnya para mubalighah, merupakan salah satu simpul umat. Mereka menjadi tempat bergantung dan rujukan umat atas berbagai persoalan keumatan. Mereka sekaligus menjadi penjaga kesatuan pemikiran dan perasaan umat. Dengan potensinya yang strategis ini, para pengemban dakwah, termasuk para mubalighah, selayaknya menjadi sosok terdepan dalam perubahan, mengajak dan memimpin umat untuk berjuang bersama meraih kemuliaan di dalam Islam. Para mubalighah adalah bagian dari para pengemban dakwah yang memiliki posisi yang mulia di hadapan Allah SWT karena memiliki peran strategis untuk mencerdaskan masyarakat (khususnya kaum perempuan) dengan Islam.

Mubalighah berarti orang yang menyampaikan tablig yang berasal dari kalangan perempuan. Sama dengan para pengemban dakwah yang lain, para mubalighah siang hari senantiasa membina umat dan membentenginya dari kekufuran, kezaliman dan kefasikan. Adapun pada malam harinya mereka duduk, sujud bersimpuh, lalu bertafakur dalam doa bagi kemuliaan umat Muhammad ini. Karena keilmuannya, mereka juga adalah para ulama pewaris para nabi. Rasullah saw. bersabda:

«وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ»

Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesunguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. (namun) mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mendapatkan bagian yang melimpah (HR Abu Dawud, Ibnu Majah at-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi dari Abu Darda’).

Maka dari itu, keberadaan para pengemban dakwah, termasuk mubalighah, laksana penerang dalam kehidupan. Mereka selayaknya memiliki karakter para ulama yang menjadi waratsatul anbiya’ (pewaris para nabi).

Para mubalighah adalah para ibu tangguh yang mendidik anak-anaknya, para istri shalihah yang taat kepada suaminya dan para pengatur rumah tangga yang menata tempat tinggalnya. Mereka juga bergerak di tengah umat (kaum wanita) seperti halnya para ulama dari kalangan pria. Mereka berada di garda terdepan dalam membina umat (kaum wanita dan generasi di rumahnya) dalam memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah. Mereka, karena keilmuan dan keulamannya, laksana bintang-gemintang yang menjadi penerang dan penunjuk arah. Rasulullah saw. bersabda:

«إِنَّ مَثَلَ الْعُلَمَاءِ فِي الْأَرْضِ كَمَثَلِ النُّجُومِ فِي السَّمَاءِ يُهْتَدَى بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ فَإِذَا انْطَمَسَتْ النُّجُومُ أَوْشَكَ أَنْ تَضِلَّ الْهُدَاةُ»

Sesungguhnya perumpamaan para ulama di muka bumi laksana bintang-bintang yang ada di langit yang menjadi petunjuk pada gelapnya daratani dan laut. Apabila hilang bintang-gemintang itu hampir-hampir tersesatlah yang tertunjuki itu (HR Ahmad).

Sebagai pihak yang mewarisi karakter ulama waratsatul anbiya’, para pengemban dakwah, termasuk di dalamnya para mubalighah, adalah orang-orang yang tak akan berdiam diri seraya memberi dukungan dan menyetujui kemungkaran dan kezaliman yang terjadi.

Para pengemban dakwah, termasuk di dalamnya para mubalighah, menyadari bahwa kezaliman yang menimpa umat, khususnya persoalan perempuan dan generasi, hanya bisa dituntaskan dengan menegakkan kembali syariah Islam dalam sistem Khilafah. Untuk itu para pengemban dakwah dan para mubalighah akan senantiasa berupaya sungguh-sungguh mengoptimalkan potensi dan kedudukan yang dimiliki untuk meraih tujuan mulia tersebut.

Fokus Perhatian Pengemban Dakwah

Dalam pembinaan yang dilakukan di tengah-tengah umat, seyogyanya para mubalighah berpegang pada empat perkara sebagai berikut:

Pertama: tentang kewajiban mendakwahkan Islam secara sempurna, yakni mendakwahkan akidah, ibadah, mendirikan negara-Nya dan semua hukum syariah-Nya. Allah SWT berfirman:

]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّة [

Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara total (QS al-Baqarah [2]: 208).

Kata as-silmi dalam ayat ini adalah Islam. Maksud ayat ini adalah, “masuklah kalian ke dalam semua ajaran Islam”. Maka dari itu, dakwahkanlah Islam dan amalkanlah secara total. Tidak dibenarkan mengambil satu bagian dan meninggalkan yang lain. Sebab, Allah yang telah mewajibkan shalat, zakat, haji dan puasa juga telah mewajibkan membaiat seorang khalifah, menegakan hukum hudud dan menunaikan semua hukum-hukum-Nya. Karena itu, untuk menjadikan umat siap menyongsong Khilafah, para pengemban dakwah, termasuk di dalamnya mubalighah, di tengah-tengah interaksinya dengan umat harus mengintegrasikan nilai akidah, syariah, Khilafah dan jihad secara utuh dalam jiwa umat.

Kedua: tentang kewajiban berjuang untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan cara mendirikan Khilafah Rasyidah. Perkara ini adalah kewajiban bagi laki-laki dan perempuan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Banyak sekali nash syariah yang menjelaskan hal ini. Misal, saat Rasululah saw. dibaiat oleh tujuh puluh lima orang, dua di antaranya adalah perempuan, yaitu Ummu Imarah dan Ummu Mani’ ra. Ini terjadai pada Baiat Aqabah II yang dikenal dengan istilah Bai’atul Harb.

Ketiga: tentang penyebaran tsaqafah kemuliaan (tsaqafah al-izzah). Allah SWT berfirman:

]وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لا يَعْلَمُون[

Kemuliaan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin. Namun, orang-orang munafik tidak mengetahuinya (QS al-Munafiqun [63]: 8).

Tsaqafah kemuliaan perlu dibangkitkan kembali pada diri umat Islam, karena sejarah kemuliaan adalah salah satu energi untuk bangkit dari keterpurukan. Sejarah kemuliaan itu lekat dalam sejarah kehidupan umat Islam pada periode sebelum penjajahan Barat kafir menghancurkan Dunia Islam. Umat memiliki sejarah panjang dalam peradaban dan memerdekakan bangsa-bangsa yang lemah. Umat memiliki sejarah keagungan dalam berbagai kemenangan yang telah menyinari penjuru dunia.

Dengan cara demikian, kita akan bisa menjaga karakter keislaman kita yang khas dan menjaga peranan kita sebagai pelopor dalam memberikan kesaksian (akan kemuliaan Islam) kepada umat manusia. Allah Swt berfirman:

]لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ[

Agar Rasul menjadi saksi bagi kalian dan agar kalian semua menjadi saksi bagi semua umat manusia (QS al-Hajj [22]: 78).

Keempat: Selain akidah Islam dan kesuciannya, simbol-simbol Islam dan hukum-hukumnya, kaum Muslimah dan keluarga Muslim adalah sasaran atau target dari berbagai serangan yang dilancarkan oleh kaum kafir dan antek-anteknya. Karena itu, sebagai bagian dari komponen umat, suara para mubalighah dalam menolak intervensi kaum kafir harus kuat, sebagaimana kuatnya slogan kekufuran yang bertebaran demikian suburnya seperti slogan hak-hak perempuan, pembebasan kaum perempuan, konferensi kependudukan, kesetaraan jender, dll. Semua itu ditujukan untuk menyerang kaum Muslimah dan keterikatan mereka pada hukum syariah yang hanif. Karena itu, bersama komponen umat Islam yang lain, para mubalighah bertanggung jawab untuk menggagalkan segala usaha mereka. Kaum perempuan menjadi salah satu pilar yang kokoh dan sangat baik dalam bangunan Islam yang agung. Seperti itulah keberadaan kaum perempuan Muslimah. Sungguh mereka adalah sebaik-baik perempuan.

Aktivitas Politik

Perjuangan mengembalikan tegaknya sistem Khilafah meniscayakan perjuangan politik, yakni memperhatikan urusan-urusan umat agar diatur sesuai syariah Islam. Karena itu, kiprah seluruh komponen umat Islam, termasuk para mubalighah, dalam penegakan Khilafah juga harus diwujudkan dengan aktivitas politik, sebagai berikut:

Membina umat dan menjaga kejernihan pemikirannya.
Membangun kesadaran politik umat, yaitu kesadaran tentang bagaimana mereka memelihara urusannya dengan syariah Islam. Dari sini akan muncul para Muslimah yang pandai mengurus diri, keluarga dan masyarakat (kaum wanita) di sekitarnya; pandai mendidik anak, melahirkan generasi islami, dan berjuang di tengah masyarakat.
Memberikan solusi terhadap berbagai persoalan kehidupan dengan solusi Islam.
Melakukan kontrol dan koreksi terhadap penguasa. Ini bukan semata-mata tugas kaum pria. Sebab, perintah amar makruf nahi mungkar juga ditujukan kepada kaum perempuan
Mengembangkan jaringan untuk memperkuat dakwah syariah dan Khilafah.
Membela, menjaga dan mendukung upaya penegakan syariah dan Khilafah serta para pejuangnya.
Menjadikan diri dan keluarganya sebagai teladan dalam pelaksanaan akidah, ibadah, muamalah dan perjuangan Islam.
Siapakah di antara wanita yang lebih baik ucapannya dibandingkan dengan seorang mubalighah yang menyerukan aktivitas agung, yakni menyeru manusia untuk menegakkan syariah-Nya? Allah Swt berfriman :

]وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ[

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (QS Fushilat [41] : 33).

Tentu itu dilakukan tanpa meninggalkan fungsi utamanya sebagai ‘umm[un] wa rabbah al-batt’ (ibu dan pengelola rumah tangga). Wallahu a’lam bi ash-shawab. []

Ditulis dalam Al-Islam |

Read more...

Monday, April 12, 2010

Idealnya Seorang Pemuda




Dia Pribadi muslim,

Berhati emas, berpotensi prima,

Yang di kala damai

Anggun petaka kijang dari padang perburuan

Yang di kala perang

Perkasa bak harimau kumbang

Dia perpaduan manis empedu

Satu kali dengan kawan

Lain kali dengan lawan

Yang lembut dalam berbahasa

Yang teguh membawa Suluh

Angannya sederhana

Citanya mulia

Tinggi Keutamaan dalam hati-hati

Tinggi budi, rendah hati

Dialah sutera halus di tengah sahabat tulus

Dialah baja

Ditentangnya musuh durhaka

Dia ibarat gerimis atau embun tiris

Yang memekarkan bunga-bunga

Yang melambaikan tangkai-tangkai

Dia juga puting beliung

Yang melemparkan ombak menggunung

Yang mengguncang laut ke relung-relung

Dialah gemericik air di taman sari, asri

Dia juga penumbang segala belantara

Segala Sahara

Dialah pertautan agung iman Abu Bakar

Perkara Ali

Papa Abu Dzar

Teguhnya Salman

Mandirinya di tengah massa yang bergoyang

Ibarat lentera ulama di tengah gulita sahara

Dia pilih syahid fi sabilillah atas segala kursi dan upeti

Dia menuju bintang menggapai malaikat

Dia tentang tindak Kuffar pola aniaya di mana saja

Maka nilainya pun membumbung tinggi

Harganya semakin tak terperi

Maka siapakah yang akan sanggup membelinya

Kecuali Rabb-nya?



syair : Muhammad Iqbal

Read more...

cinta oh cinta




Ya Rabb…
jika kelak aku jatuh,
cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya padaMu agar bertambah kekuatanku tuk mencintaiMu, dan jagalah cintaku padanya agar tak melebihi cintaku padaMu…

Ya Allah…
jika kelak aku jatuh hati ,
izinkanlah ku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut padaMu agar tidak terjatuhku dalam jurang cinta semu, dan jagalah hatiku darinya agar ku tak berpaling dari hatiMu…

Ya Tuhanku…
aku tidak meminta seseorang yang sempurna dari sisiMu, tidak ya Rabb…
karena Engkau pun pasti Maha Mengetahui sesungguhnya keadaanku,
Engkau tahu dulu aku ini hanyalah musuhMu yang pernah singgah di jurang nerakaMu,
dan akupun tahu, tiada seorangpun yang sempurna di dunia ini dari kesalahan atau kekurangan,
maka, aku meminta padaMu seorang yang tak sempurna ya Rabb, sehingga ia merasa sempurna ketika diriku hadir dalam kehidupannya karenaMu…

seseorang yang kan kusayangi karena kelembutan hatinya
seseorang yang kan kucintai karena keindahan akhlaknya
seseorang yang kan kukasihi karena kehalusan budinya
seseorang yang kan kukagumi karena kesantunan sikapnya
seseorang yang kan kupuja karena kerendahan hati dan kesederhanaannya
seseorang yang mau menerimaku setulus hatinya…
yang tak akan pernah ku menduakan cintanya hingga akhir hayatku tiba…

seseorang yang kan ku hibur hatinya bila ia bersedih
seseorang yang kan ku seka air matanya ketika dia menangis
seseorang yang kan ku jadikan pundakku tempatnya bersandar saat dia lelah
seseorang yang kan ku dengar seksama segala kesahnya
seseorang yang kan ku pertaruhkan nyawaku demi menjaga kehormatannya
seseorang yang ketulusan dan kesetiaan hati ini hanyalah untuknya…
yang kan slalu kujanjikan membersamainya hingga malaikat maut menjemputku tiba…

Ya Rabb…
wahai Tuhan yang memegang rahasia segala sesuatu,
jadikanlah aku ridha terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan dan jadikan barakah apa-apa yang Engkau takdirkan, sehingga tak ingin ku menyegerakan apa-apa yang masih Engkau tunda, atau menunda apa-apa yang Engkau segerakan…
wahai Tuhan yang memegang hikmah segala sesuatu,
andai Engkau berkehendak lain,
sesungguhnya sebenar-benarnya kehidupan adalah kehidupan akhirat,
maka jadikanlah kehendakMu… bukan kehendakku…
sesungguhnya aku tidak mengetahui, sedangkan Engkau Maha Mengetahui,
takdirkanlah kebaikan bagiku dimanapun adanya, dan jadikanlah hatiku meridhainya…
Amin…

Read more...

Thursday, April 8, 2010

Ayah, Ibu… Biarkan Ananda Istiqomah


Duhai, betapa indahnya jika kita bisa membahagiakan orang tua kita. Orang tua yang telah membesarkan kita dengan penuh kasih sayang. Orang tua yang telah mendidik dan merawat kita sedari kecil. Orang tua yang telah mengerahkan segala yang mereka punya demi kebahagiaan kita, anak-anaknya. Terima kasihku yang tak terhingga untukmu wahai Ayah Ibu.


Allah berfirman, yang artinya, “Dan Rabbmu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.” (Qs. Al Israa’ 23)

Alangkah bahagianya seorang anak yang bisa menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan mendapatkan dukungan dari orangtuanya.

Akan tetapi, bagaimana jika orang tua melarang kita melakukan kebaikan berupa ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya? Keistiqomahan kita, bahkan bagaikan api yang menyulut kemarahan mereka.

Di antara mereka bahkan ada yang menyuruh pada perbuatan yang dilarang Allah? Bagaimanakah seharusnya sikap kita?

Jika teringat kewajiban kita untuk berbakti pada mereka, terlebih teringat besarnya jasa mereka, berat hati ini untuk mengecewakan mereka. Sungguh hati ini tak tega bila sampai ada perbuatan kita yang menjadikan mereka bermuram durja.

Kaidah Birrul Walidain

Saudariku, durhaka atau tidaknya seorang anak tetaplah harus dipandang dari kacamata syariat. Tak semua anak yang melanggar perintah orang tua dikatakan anak durhaka. Karena ketaatan pada orang tua tidak bersifat mutlak. Tidak sebagaimana ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya yang sifatnya mutlak.

Ada beberapa hal yang sering dianggap sebagai kedurhakaan pada orang tua, padahal sebenarnya bukan. Antara lain:

1. Anak menolak perintah orangtua yang melanggar syariat Islam

Pada asalnya, seorang anak wajib taat pada orangtuanya. Akan tetapi jika yang diperintahkan orang tua melanggar syariat, maka anak tidak boleh mentaatinya. Yaitu jika orang tua memerintahkan anak melakukan kesyirikan, bid’ah dan maksiat. Contoh konkritnya: orang tua memerintahkan anak memakai jimat, orang tua menyuruh ngalap berkah pada kyai A, orang tua menyuruh anak berjabat tangan dengan lelaki bukan mahrom, dll. Maka, saat sang anak menolak hal tersebut tidaklah dikatakan durhaka. Bahkan ini termasuk bakti kepada orang tua karena mencegah mereka dari perbuatan haram.

Allah berfirman yang artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Qs. Luqman: 15)

Namun, seorang anak hendaknya tetap menggunakan adab dan perkataan yang baik. Dan terus mempergauli dan mendakwahi mereka dengan baik pula.

2. Anak tidak patuh atas larangan orangtua menjalankan syariat Islam

Tidak disebut durhaka anak yang tidak patuh saat orangtuanya melarang sang anak menjalankan syariat Islam, padahal di saat itu orang tua sedang tak membutuhkannya (misal karena orang tua sedang sakit atau saat keadaan darurat). Contoh konkritnya: melarang anaknya shalat jama’ah, memakai jilbab, berjenggot, menuntut ilmu syar’i, dll.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah wajib mentaati makhluk yang memerintah agar maksiat kepada Allah.” (HR. Ahmad). Dan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan pula bahwasanya ketaatan hanya dilakukan dalam perkara yang baik. Maka janganlah engkau melakukan perkara yang haram dengan alasan ingin berbakti pada orang tuamu. Tidak wajib bagimu taat pada mereka dalam bermaksiat pada Allah.

3. Orang tua yang marah atas keistiqomahan dan nasihat anaknya

Seorang anak wajib menasihati orang tuanya saat mereka melanggar syariat Islam. Apabila orang tua sakit hati dan marah, padahal sang anak telah menggunakan adab yang baik dan perkataan yang lembut, maka hal ini tidak termasuk durhaka pada orang tua.

Saat gundah menyapamu, …
Bagaimana ini, aku telah membuat orang tuaku marah? Padahal bukankah keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua (HR. Tirmidzi)?
Saudariku, marahnya orang tua atas keistiqomahan dan nasihat anak, tidaklah termasuk dalam hadits di atas. Hadits di atas tidak berlaku secara mutlak, kita tetap harus melihat kaidah birrul walidain.

Ingatlah saat Nabi Ibrahim menasihati ayahnya, “Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu durhaka kepada Allah Yang Maha Pemurah.” (Qs. Maryam: 44). Orang tua yang menolak kebenaran Islam kemudian mendapat nasihat dari anaknya, kemungkinan besar akan marah. Tapi sang anak tetap tidak dikatakan durhaka.

Saudariku, bila orangtuamu marah atas keistiqomahanmu, maka ingatkan dirimu dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang membuat Allah murka karena ingin memperoleh ridha manusia, maka Allah akan murka padanya dan Allah menjadikan orang yang ingin ia peroleh ridhanya dengan membuat Allah murka itu akan murka padanya. Dan siapa yang membuat Allah ridha sekalipun manusia murka padanya, maka Allah akan ridha padanya dan Allah menjadikan orang yang memurkainya dalam meraih ridha Allah itu akan ridha pula padanya, sampai-sampai Allah akan menghiasi si hamba dan menghiasi ucapan dan amalannya di mata orang yang semula murka tersebut.” (HR. Ath Thabrani)

Subhanallah. Perhatikanlah hadits di atas! Ketika engkau menaati orang tuamu dalam bermaksiat pada Allah, agar orang tuamu ridha. Sedangkan sebenarnya Allah Murka padamu. Maka, bisa jadi Allah justru akan membuat orang tuamu tetap murka pula kepadamu. Meski engkau telah menuruti keinginan mereka.
Dan sadarkah engkau, saat engkau menuruti mereka dalam perbuatan maksiat pada Allah, maka sejatinya perintah mereka akan terus berlanjut. Tidakkah engkau khawatir Allah akan murka pada orangtuamu disebabkan mereka terus memerintahkanmu bermaksiat kepada-Nya.

Saudariku, bukankah hati kedua orang tuamu berada di genggaman Allah. Maka, yang terpenting bagimu adalah berusahalah meraih ridha Allah dengan keshalihan dan keistiqomahanmu. Semoga dengan demikian Allah Ridha padamu. Semoga Allah menghiasi ucapan dan amalan kita sehingga orang tua kita pun -bi idznillah- akhirnya ridha kepada kita.

Akhlaq Mulia, Penarik Hati yang Banyak Dilalaikan

Ustadz Abdullah Zaen, Lc dalam bukunya 14 Contoh Praktek Hikmah dalam Berdakwah berkata, “Kerenggangan antara orangtua dan anak itu seringkali terjadi akibat ‘benturan-benturan’ yang terjadi dampak dari orang tua yang masih awam memaksa si anak untuk menjalani beberapa ritual yang berbau syirik, sedangkan si anak berpegang teguh dengan kebenaran yang telah ia yakini. Akhirnya yang terjadi adalah kerenggangan di antara penghuni rumah tersebut. Hal itu semakin diperparah ketika si anak kurang bisa mencairkan suasana dengan mengimbangi kesenjangan tersebut dengan melakukan hal-hal yang bisa membahagiakan orangtuanya. Padahal betapa banyak hati orang tua -bi idznillah- yang luluh untuk menerima kebenaran yang dibawa si anak bukan karena pintarnya anak beragumentasi, namun karena terkesannya sang orang tua dengan akhlak dan budi pekerti anaknya yang semakin mulia setelah dia ngaji!! Penjelasan ini sama sekali tidak mengecilkan urgensi argumentasi yang kuat, namun alangkah indahnya jika seorang muslim apalagi seorang salafi bisa memadukan antara argumentasi yang kuat dengan akhlak yang mulia!.”

Maka, akhlaq yang mulia adalah jalan terdekat menuju luluhnya hati orangtua. Anak adalah mutiara hati orang tua. Saat mutiara itu bersinar, hati orang tua mana yang tidak menjadi terang.

Read more...

Tuesday, April 6, 2010

Kepada Penguasa Zalim Pakistan



Kesejahteraan Bagi Orang Yang Mengikuti Petunjuk

Wahai Penguasa Zalim Pakistan

Kami mengirimkan surat ini kepada Anda karena meneladani Rasul saw ketika Beliau menasihati para pemimpin Quraisy. Padahal Beliau menduga kuat bahwa para pemimpin Quraisy tidak akan mengikuti petunjuk atau mengimani Islam. Rasul saw melakukan hal itu karena mengikuti apa yang difirmankan oleh Rabb al-‘Izzah:

وَإِذَ قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْماً اللّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَاباً شَدِيداً قَالُواْ مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa". (QS al-A’raf [7]: 164)

Karena itu, kami menyeru Anda untuk bertobat kepada Allah SWT supaya Anda selamat di hari yang di dalamnya harta dan keturunan tidak akan berguna kecuali orang yang mendatangi Allah dengan hati yang bersih. Kami memohon kepada Allah agar Anda menjadi bagian dari orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT dan mengikuti petunjuk.

Wahai Penguasa Zalim Pakistan

Telah berlalu dua tahun sejak dilangsungkan pemilu demokratis pada bulan Februari 2008, ketika kepemimpinan demokratis menggantikan kepemimpinan diktator antek Amerika. Sejak hari itu, Anda menipu rakyat Anda dengan tidak memelihara urusan-urusan mereka dan tidak memberikan hak-hak yang telah diberikan oleh Rabb mereka. Meskipun Pakistan kaya akan berbagai sumber kekayaan alam, baik emas, gas, batubara, kekayaan hewani, dan gandum, namun Anda mengurangi hak masyarakat dengan menerapkan sistem kapitalisme yang memusatkan kepemilikan atas kekayaan kepada segelintir orang. Hal ini menyebabkan masyarakat didera kesempitan ekonomi yang mencekik dan melambungkan harga-harga kebutuhan pokok baik barang maupun jasa. Pabrik-pabrik tutup disebabkan terus berlanjutnya pemutusan listrik. Padahal Islam telah menetapkan sumber energi sebagai milik umum sehingga memungkinkan semua orang memafaatkannya dengan biaya serendah mungkin dan tanpa ada pemutusan. Begitu juga masyarakat didera melambungnya harga-harga yang disebabkan inflasi akibat menurunnya nilai mata uang lokal. Karena mata uang tersebut tidak dibackup sebagaimana yang diwajibkan oleh Islam yaitu dengan kekayaan umat Islam yang hakiki. Sebaliknya Anda justru mengikatkan mata uang lokal (Pakistan) dengan dolar yang terus mengalami kemerosotan akibat hancurnya perekonomian Amerika. Sebagaimana Anda juga menipu masyarakat dalam hal kekayaan yang dikaruniakan oleh Allah kepada mereka. Karena Anda menolak penerapan sistem ekonomi Islam yang mengatur distribusi kekayaan atas masyarakat secara adil dan lurus. Allah SWT berfirman:

... كَيْ لاَ يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ اْلأَغْنِيَاء مِنكُمْ ...

… supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu… (QS al-Hasyr [59]: 7)

Masyarakat sangat mencintai Islam dan telah membela dan mempertahankannya selama lebih dari seribu tahun. Namun Anda menipu masyarakat berkaitan dengan identitas dan nilai-nilai mereka. Anda justru mensuport dan mempromosikan liberalisme dan nilai-nilai barat yang rusak. Anda justru membuka negeri seluas-luasnya untuk kedutaan Amerika. Melalui anggaran belanja yang sangat besar yang dirancang oleh Barat, pribadi-pribadi yang rusak, perusahaan-perusahaan multi nasional dan organisasi-organisasi kultural justru direkrut untuk menyerang nilai-nilai dan konsepsi-konsepsi Islam. Dan ketika masyarakat menentang kerusakan itu Anda justru makin berlebihan dalam penipuan Anda untuk mempromosikan konsepsi-konsepsi barat yang rusak dengan jalan mendandani kebenaran dengan kebatilan. Maka Anda menyerukan bahwa demokrasi berasal dari Islam. Anda membuat demokrasi serupa dengan piagam Madinah al-Munawarah atau Khilafah Rasyidah! Anda pun menipu masyarakat dengan penolakan Anda atas penerapan sistem pendidikan Islam dan politik media yang menjaga dan membangun konsepsi-konsepsi Islam pada diri masyarakat disamping menguatkan pola sikap Islami dan mengokohkannya. Allah SWT berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS at-Tahrim [66]: 6)

Pakistan adalah negeri Islam yang kuat, memiliki tentara yang lebih besar dari tentara Amerika. Tentaranya adalah muslim-muslim yang gagah berani dan mencintai mati syahid. Namun Anda menipu masyarakat dalam merealisasi keamanan untuk mereka dengan jalan Anda justru berdiri disamping musuh-musuh umat, disebabkan koalisi Anda dengan musuh-musuh umat yang terang-terangan. Eksistensi Amerika di kawasan menjadi sebab kekacauan dan hilangnya rasa aman yang belum dirasakan kawasan ini sebelumnya; akibat perusahaan keamanan swasta Amerika dan intelijennya yang telah dan terus melakukan aksi-aksi pembunuhan dan peledakan bom seperti yang mereka lakukan di Irak. Anda malah menambah serangan kepada kaum Muslim dengan mengirimkan pasukan kaum Muslim ke kawasan persukuan untuk berperang menggantikan Amerika. Itu persis sama dengan apa yang dilakukan oleh Musharraf sebelum Anda. Diantara kaum Muslim telah tewas dan terluka lebih dari 30.542 orang sejak tragedi 11 September hingga tahun ini dalam perang fitnah Amerika. Diantara mereka telah tewas lebih dari 2.273 orang tentara Pakistan di antaranya 78 orang perwira, disamping lebih dari 6.512 orang tentara mengalami cacat permanen. Sementara pada rentang yang sama, militer salibis hanya kehilangan 1.582 orang personel! Begitu pula Anda telah menipu masyarakat di dalam kekuatan mereka. Padahal Amerika sedang dalam kondisi terlemahnya, ditinggal oleh sekutu-sekutunya, perekonomiannya melemah dan hampir ambruk; pada waktu demikian Anda justru menyia-nyiakan kesempatan emas dalam menghancurkan salibis Amerika dengan jalan Anda mendukung Amerika dengan mengorbankan darah kaum muslim. Anda juga telah menipu masyarakat karena tidak menerapkan politik luar negeri Islam yang mengharamkan kaum muslim berwali kepada musuh. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاء تُلْقُونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءكُم مِّنَ الْحَقِّ ..

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu … (QS Mumtahanah [60]: 1)

Perlawanan kaum Muslim yang gagah berani di Kashmir telah menghalangi India untuk menguasainya sejak enam dekade lalu. Namun Anda menipu kaum muslim di mana Anda berjalan ke arah pemberian hak kepada India terhadap Kashmir. Sementara India sendiri tidak berhasil meraihnya dengan kekuatannya sendiri. Terlebih pada dasarnya India tidak memiliki hak atas Kashmir. Anda juga telah menipu kaum muslim untuk menyenangkan Amerika dengan jalan kembali mengirimkan pasukan tambahan untuk bergabung dalam perang fitnah Amerika di wilayah persukuan dan berlepas diri dari Kashmir untuk India. Itu semua Anda lakukan padahal Anda mengetahui bahwa Amerika lah yang menggabungkan India untuk memiliki batu pijakan di Afganistan dan telah menyebabkan serangan terhadap banyak orang di antara kaum muslim. Anda telah menipu kaum muslim dengan menolak penerapan syariah Islam yang mengharamkan kaum kafir atas pemilikan tanah kaum muslim meksi hanya sejengkal saja. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَن تَوَلَّوْهُمْ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Mumtahanah [66]: 9)

Wahai Penguasa Zalim Pakistan

Anda telah menipu penduduk kami karena Anda bersikeras menerapkan semua undang-undang yang tidak Islami. Anda telah memutar balikkan kebenaran menjadi kebatilan dan kebatilan menjadi kebenaran. Anda telah menyia-nyiakan amanah. Anda menjadi seperti penggembala yang memperjualbelikan pasukan ke lembah kesengsaraan dan kebinasaan. Imam Ahmad meriwayatkan dari Rasulullah saw:

« إِنَّهَا سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ »

Sungguh akan datang kepada masyarakat tahun-tahun penuh tipu daya, pendusta justru dibenarkan sementara orang yang jujur dan benar justru didustakan, orang yang khianat justru dipercaya sementara orang yang amanah justru dianggap khianat, ketika itu ruwaibidhah berbicara. Dikatakan: siapa ruwaibidhah itu? Rasulullah saw bersabda: orang bodoh yang berbicara dalam urusan masyarakat

Sungguh jika Anda memperhatikan dan berpikir tentang realita aktivitas-aktivitas Anda yang buruk, maka Anda akan memahami bahwa penguasa yang menipu rakyatnya dan yang tidak bekerja memelihara urusan-urusan rakyat mereka dengan apa yang dkehendaki oleh Allah, maka penguasa yang demikian tidak akan masuk surga dan tidak akan bisa mencium baunya. Imam Bukhari meriwayatkan dari Rasulullah saw:

« مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ »

Tidak ada seorang penguasa yang mengurusi urusan rakyat diantara kaum muslim lalu ia mati sementara ia menipu rakyat kecuali Allah mengharamkan baginya surga

Karena itu, kami menyeru Anda untuk bertobat kepada Allah dengan mencampakkan hukum kufur dan berhenti menyakiti masyarakat. Hal paling kecil yang bisa Anda lakukan untuk menebus keburukan-keburukan Anda adalah membuka jalan bagi orang-orang mukhlis diantara putera-putera umat untuk mendirikan pemerintahan Islam. Jika Anda tidak melakukannya maka kenistaan akan mendera Anda melalui tangan umat, ketika umat mendirikan Daulah Khilafah dalam waktu dekat atas izin Allah. Dan yang lebih keras lagi adalah siksa yang pedih pada Hari Kiamat, hari dimana harta dan keturunan tidak bermanfaat sama sekali. Sebagaimana pengetahuan hal itu tentang Anda dipaparkan jauh lebih banyak dari pada selain Anda.

وَلاَ تَحْسَبَنَّ اللّهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأَبْصَارُ

Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (QS Ibrahim [14]: 42)


Read more...

About This Blog

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP