Click here for Myspace Layouts
Powered by Blogger.

Wednesday, June 17, 2020

MENGULIK KOMUNISME: Mengidentifikasi Untuk Membentengi Negeri Mengulang Sejarah Kelamnya

MATERI KULIAH UNIOL 4.0 DIPONOROGO
KAMIS, 18 JUNI 2020
(Di bawah Asuhan: Prof. Katana Suteki)
===============================


*MENGULIK KOMUNISME: Mengidentifikasi Untuk Membentengi Negeri Mengulang Sejarah Kelamnya.*

Oleh : Christiono

=========================


*I. PENGANTAR*

_“... kenali musuhmu...”_, adalah sebuah penggalan kalimat dari seorang ahli strategi militer Tiongkok yang amat terkenal: Sun Tzu.

Mengenal musuh merupakan cara untuk mengetahui letak kelemahan maupun kekuatan musuh agar strategi yang akan kita jalankan menjadi tepat sasaran. Untuk mengenal secara benar, dibutuhkan obyektivitas dan kejujuran. Bahkan terkadang seseorang perlu untuk menjaga jarak baik dari obyek yang akan diketahui maupun dari diri sendiri sebagai subyek yang merasa sudah mengenalnya.

Komunisme sebagai sebuah ideologi dunia mempunyai pengikut yang tidak sedikit, bahkan beberapa negara menjadikannya sebagai ideologi dasar negara. Banyaknya pengikut tentu mengindikasikan bahwa ideologi tersebut mempunyai sisi “kebaikan”. Secara logika manusia tidak mungkin mengikuti sesuatu yang mereka anggap suatu keburukan. Adalah sebuah kesalahan apabila fokus perhatian hanya ditujukan pada keburukan atau kelemahan musuh, karena itu akan menghasilkan sebuah gambar yang tidak utuh yang akan mempersulit gerak langkah kita dalam menghadapinya.

Bahasan materi kuliah kali ini difokuskan pada paham Komunisme yang berkembang di Indonesia yang sangat berpengaruh terhadap gerak langkah berbangsa dan bernegara sejak sebelum merdeka, setelah merdeka hingga saat sekarang ini. Pembahasan masalah Komunisme ini juga dipicu oleh adanya gejala-gejala akan kembali bangkitnya paham yang sudah dan masih dalam status dilarang sesuai dengan Tap MPRS No. XXV Th. 1966. 

Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam, pernah mengalami suatu sejarah kelam dan traumatik berkaitan dengan paham Komunisme yang diusung oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Banyak warga negara yang notabene beragama Islam turut serta sebagai pendukung partai yang pahamnya jelas sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Timbul pertanyaan: “Apa yang menyebabkan mereka tertarik sehingga mau masuk bergabung ke dalam partai pengusung paham  yang berlawanan dengan keyakinan yang dianut? Apa manfaat yang didapat?”

Banyak umat Islam Indonesia yang sudah tahu sepak terjang PKI dalam kancah pergolakan politik di Indonesia pasti merasakan kebencian yang amat dalam. Kebencian tersebut dituangkan dalam bentuk pengungkapan fakta-fakta kesengsaraan rakyat akibat ulah PKI, terutama tentang kekejaman mereka terhadap para petinggi militer yang dieksekusi, para Ulama maupun terhadap rakyat. Adanya pengungkapan fakta tersebut sebenarnya belumlah menunjukkan jati diri paham Komunisme itu sendiri. Jika hal itu saja, yaitu kekejaman dan kebiadaban, yang diusung oleh paham Komunisme, tentu dia sudah ditinggalkan dan tidak akan banyak lagi masyarakat yang tetap setia mengikutinya bahkan untuk sampai bersikap militan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengenalan yang lebih dalam lagi terhadap paham Komunisme tersebut, tentunya termasuk jika ada kebaikan-kebaikan di dalamnya yang bisa mengakibatkan banyak orang tertarik untuk menjadi pengikutnya. Sejalan dengan teori strategi perang dari Sun Tzu di atas, bahwa mengenal lawan itu sangat penting artinya agar bisa menyusun strategi yang jitu untuk menghadapinya.


*II. PERMASALAHAN*

Dari uraian pada bab Pengantar di atas, bisa dipetakan permasalahan apa saja yang perlu untuk dibahas agar menjadi lebih jelas dan benderang supaya bisa dikaji lebih dalam lagi. Permasalahan tersebut yaitu,

1. Seperti apakah sebenarnya paham Komunisme tersebut sehingga mampu mempengaruhi banyak orang, termasuk umat Islam?

2. Apa saja indikasi yang terlihat yang menunjukkan bahwa paham Komunisme mulai bangkit lagi di Indonesia?

3. Bagaimana strategi umat Islam dalam menghadapi bangkitnya kembali  paham Komunisme di Indonesia?


*III. PEMBAHASAN*

*A. Mengenal Komunisme Sebagai Paham Ideologi yang Mampu Mempengaruhi Banyak Orang Termasuk Umat Islam.*

1. Komunisme muncul  sebagai koreksi atas kegagalan Kapitalisme sehingga mampu mempengaruhi banyak orang, tetapi yang juga berakhir dengan kegagalan.

Komunisme yang lahir pada tahun 1848 itu dimaksudkan sebagai koreksi atas kegagalan Kapitalisme dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pada masa itu kaum kapitalis yang disebut Borjuis, sebagai pemilik modal, menguasai dan mengendalikan sistem ekonomi berupa perdagangan, industri dan alat-alat produksi untuk tujuan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Bahkan pemerintah tidak bisa melakukan intervensi pasar guna memperoleh keuntungan bersama. Kapitalisme juga menciptakan kesenjangan sosial dan distribusi yang tidak adil dari kekayaan dan kekuasaan, dan adanya kecenderungan monopoli, oligopoli dan oligarki. Di dalam sistem ini, kaum buruh yang disebut juga kaum proletar, adalah masyarakat kelas terendah yang menjadi korban eksploitasi para kapitalis. Di sisi lainnya, di saat itu para pemuka agama juga menempati strata sosial  yang tinggi dan menjadi bagian dari penindasan terhadap kaum proletar.

Komunisme muncul ditandai dengan keluarnya _”Manifesto Komunis”_ yang digagas oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, dua guru besar sosiologi dan pemimpin pergerakan kaum buruh modern. Pada awalnya, manifesto ini ditujukan untuk Liga Komunis dan diterbitkan pertama kali pada tanggal 21 Februari 1848 di London, Inggris. Isi manifesto tersebut pada dasarnya ialah adanya anjuran kepada kaum proletar (kelas buruh) agar mengadakan revolusi untuk menghapuskan tatanan sosial yang borjuis yang nantinya akan menghapus perbedaan kelas dan penghapusan milik pribadi. Dalam Manifesto, termaktub salah satu pernyataan Marx yang paling terkenal: _"Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas"_. Menurut Marx, terbentuknya masyarakat tak lepas dari pertentangan antara kaum penindas dengan yang tertindas.

Kondisi masyarakat pada saat itu yang mayoritas terdiri dari kaum proletar (kelas buruh) yang sedang dalam keadaan tertindas oleh ulah kaum borjuis (kelas pemodal), menjadi lahan subur bagi berkembangnya pertentangan antar kelas. Itulah sebabnya paham Komunisme saat itu mendapat simpati dan banyak pengikut. Mereka berharap Komunisme akan dapat menciptakan suatu masyarakat yang lebih adil, tidak mengenal kelas, mengutamakan hak setiap orang, serta tidak bergantung kepada Tuhan dan agama. Bagi dia, agama merupakan tempat pelarian manusia dari kenyataan yang tak bisa dihadapinya.

Gagasan Komunisme oleh Karl Marx yang di awal sebenarnya adalah sebuah cita-cita utopis atas suatu bentuk masyarakat yang tidakmemiliki hak pribadi tersebut menginspirasi Valdimir Ilyich Ulyanov yang dikenal sebagai Lenin. Ia memodifikasi ajaran Marx dan memadukannya dengan gagasannya sendiri yang kemudian dikenal sebagai Marxisme Leninisme yang menjadi pondasi ideologi Partai Komunis yang dipimpinnya. Lenin akhirnya melakukan revolusi dan berhasil menumbangkan kekuasaan di Rusia pada Oktober 1917 yang terkenal dengan nama Revolusi Bolshevik, lalu mengubahnya menjadi Uni Soviet. Uni Soviet menjadi pusat komunisme internasional yang terus berupaya mengembangkan pengaruhnya ke seluruh dunia termasuk ke negara-negara Muslim.

Seiring perkembangan waktu sistem yang dilatari cita-cita utopis akan kesetaraan umat manusia ini justru berkembang menjadi sistem pemerintahan diktator dan otoriter yang justru menjauhkan warganya dari kesejahteraan. Sedangkan komunisme sebagai sistim sosial ekonomi, belum memberi kan apa-apa kepada rakyat yang diperjuangkannya. Obsesi untuk bisa makmur bersama mengalami kegagalan. Hampir semua negara komunis adalah miskin (proletar), sedang kan para pemimpinnya ternyata tidak berbeda dari borjuis-borjuis kapitalis.

Pada kenyataannya, sebuah sistem masyarakat tanpa kelas seperti yang diimpikan oleh Karl Marx tidak pernah bisa terwujud, yang ada justru negara dikuasai oleh segelintir elit partai yang menguasai pemerintahan dan bersifat korup. Negara menjadi kelas penindas yang tidak kalah kejamnya dibanding kelas kapitalis. Paham Komunisme hanya mengakui manusia sebagai makhluk sosial yang harus mau mengorbankan apa saja demi  kepentingan bersama. Hal yang demikian tentu bertentangan dengan hakikat manusia sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial.

Dalam sistem ekonomi, negara Komunis mengatur segala sesuatunya secara totaliter. Akibatnya pertumbuhan ekonomi tidak dapat berkembang secara optimal karena masyarakat sebagai pelaku usaha tidak dihargai sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Nyatanya, sampai sekarang sistem ekonomi Komunisme gagal menciptakan masyarakat yang makmur. Industrinya juga kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara Kapitalis.

Hal tersebut di atas mau tidak mau menyebabkan banyak kemunduran yang dialami oleh negara-negara Komunis yang diawali dengan runtuhnya Tembok Berlin pada 9 November 1989 dan puncaknya adalah bubarnya negara Uni Soviet dengan pengunduran diri Presiden Mikhail Gorbachev pada 25 Desember 1991. 

2. Komunisme dan pengaruhnya terhadap umat Islam di Indonesia.

Komunisme masuk ke Indonesia dipelopori oleh Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet. Hendricus merupakan warga Belanda yang datang ke Indonesia pada tahun 1913. Bersama Adolf Baars, Hendricus mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV).

Awalnya organisasi ini tidak mempropagandakan komunis, namun lambat laun mengubah diri menjadi berpandangan komunis. Setelah keberhasilan revolusi di Rusia, mereka memasuki organisasi-organisasi massa untuk menyebarkan paham ini, salah satunya Sarekat Islam (SI) pimpinan Semaun, yang kemudian terbelah menjadi SI Merah dan SI Putih. Akhirnya SI Merahlah yang menjadi Partai Komunis serta melakukan pemberontakan pada tahun 1926, 1948 hingga 1965 yang mengakibatkan kejatuhan Soekarno.

Lima tahun kemudian, tepatnya 1917, lahir Partai Komunis Indonesia (PKI). Namun, nama PKI belum besar karena dibuat secara diam-diam dan menjadi fraksi kiri dalam SI. Sebelum mendirikan PKI, Semaun dan Darsono pernah mengenyam pendidikan tentang komunis dari Sneevlit di Indische Social Demoratische Partij (ISDP). Sneevlit sendiri diketahui merupakan sayap kiri di dalam ISDP. Dari sana, keduanya sering berdiskusi dengan Sneevlit. Keduanya melihat celah di SI, sehingga secara perlahan memasukkan ideologi-ideologinya.

_"Syarikat Islam yang kurang memperhatikan nasib buruh, telah merupakan lowongan baik bagi ide-ide radikal yang dimasukkan oleh Semaun dan Darsono yang tadinya diinspirasikan oleh Sneevlit,"_ kata Mohammad Hatta dikutip dari buku 'Bung Hatta Menjawab'.

Salah seorang tokoh Syarikat Islam (SI), Haji Agus Salim, akhirnya menegakkan disiplin partai. SI berganti nama menjadi Partai Syarikat Islam di tahun 1921. Sesudah itu, barulah resmi nama PKI mencuat. Namun, partai komunis itu tidak kompak lantaran salah seorang pendirinya, Tan Malaka, membentuk Partai Rakyat Indonesia (PARI).

Sebelum menjadi partai terlarang, PKI mengusung citra sebagai partai rakyat. Pencitraan ini bukan bualan belaka. Di berbagai daerah, PKI cekatan menangkap kegelisahan masyarakat. Program partai berlambang palu arit ini secara umum ditujukan untuk meninggikan harkat hidup wong cilik. Mulai dari upah kerja yang layak, pembagian tanah, jaminan kesehatan, pendidikan, hingga rekreasi.

_“Meski kebijakannya sentralistik, pendekatan PKI di daerah amat disesuaikan dengan kondisi masyarakat,”_ kata sosiolog Arbi Sanit, penulis buku _Badai Revolusi: Sketsa Politik Kekuatan PKI di Jawa Tengah & Jawa Timur_.

Di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang jadi basis utama, PKI tampil penuh totalitas. Biaya besar tidak segan digelontorkan untuk mendanai kegiatan. Dengan garis komando terpadu mulai dari Central Comite (CC) hingga tingkat resort (desa), program PKI tidak kesulitan peminat.

Sanit menerangkan, saat terjadi bencana kelaparan di Gunung Kidul, Jawa Tengah pada pertengahan 1950, misalnya. Di daerah itu, orang banyak makan singkong karena tanah di Gunung Kidul tidak cukup baik untuk tumbuhan padi. PKI segera meresponnya dengan membuat program penanaman singkong. 

_“Kalau lagi musim mainan anak layang-layang, PKI bagi-bagi layangan gratis. Nanti keluarga yang terima layang-layang itu, dicatat sebagai penerima dan terdaftar sebagai anggota PKI. Siapa yang pernah terdaftar ada urusannya dengan PKI, itu dianggap jadi anggota,”_ ujar Sanit.

Salah satu program PKI untuk rakyat tersua dalam berita Harian Rakjat, 25 Juli 1957 yang menggarap isu kesenian dan kesehatan.  _“Program pengembangan kesenian daerah (ludruk) dan program air minum bersih,”_ demikian tulis Harian Rakjat yang merupakan koran partisan PKI tersebut.  Agenda itu merupakan sedikit dari program PKI di daerah Jawa Timur yang dikemas secara populis.

Di beberapa daerah basis Masjumi, PKI memancing simpati. Menyikapi gerakan Darul Islam (DI) yang meresahkan petani di Aceh dan Jawa Barat, PKI menyerukan penyitaan tanah milik para pengikut DI. Sembari menjanjikan pembagian tanah tersebut kepada petani miskin, Pemuda Rakyat dimobilisasi sebagai mitra TNI.

Kerja nyata PKI yang langsung menyentuh ke dalam hajat hidup dan keseharian masyarakat yang mayoritas adalah orang Islam tersebut terbukti sangat efektif dalam mempengaruhi dan menarik banyak pengikut yang rata-rata terdiri dari masyarakat kelas bawah.

Hasil kinerja yang apik di berbagai daerah itu semakin ditunjang lewat agitasi propaganda media. Dalam pemenuhan asupan informasi di daerah, awak media PKI paling militan kinerjanya dibanding corong partai yang lain. Penerbitan media PKI menjangkau penjuru tanah air bahkan hingga ke pelosok negeri.   

_“Jaringan Harian Rakjat itu sampai ke kota Tanjung Balai (150 km dari Medan) diangkut pakai (pesawat) Garuda. Ke pelosok NTT sekira 4 hari dan kalau Ambon bisa 2-3 hari,”_ kata Martin Aleida, mantan wartawan Harian Rakjat kepada Historia.

Melalui program kerja dan propaganda, jaringan PKI berkembang pesat. Wajar jika basis massa PKI di tingkat akar rumput bertumbuh dengan subur. Maka tidak heran, ketika memasuki tahun 1960, PKI menjelma sebagai partai politik terkuat di Indonesia, bahkan dunia.

*B. Indikasi yang Terlihat yang Ditengarai Menunjukkan Paham Komunisme Mulai Bangkit Lagi di Indonesia.*

Indikasi akan munculnya kembali Komunisme di Indonesia sangat terasa adanya, baik yang secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Diantara indikasi tersebut adalah diadakannya _”Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan”_ yang diselenggarakan pada 18 - 19 April 2016 di Hotel Aryaduta Jakarta Pusat.

Setelah itu juga maraknya penyelenggaraan sarasehan, diskusi, serta pertemuan-pertemuan yang digagas dan dilaksanakan oleh pihak yang mengatasnamakan simpatisan atau pembela hak asasi manusia PKI. Selain juga maraknya simbol,logo dan hal ihwal yang berhubungan dengan PKI yang tersebar luas secara terbuka di masyarakat.

Laman rmol.id pada edisi 23 Mei 2020 menuliskan sebagai berikut:
_“Keberadaan kader PKI bukan isapan jempol. PKI terselubung bergerak ke berbagai lembaga yang ada. DPR adalah tempat sembunyi yang sangat terang.

Pengajuan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) merupakan bukti eksistensi menuju pembelokan arah ideologi negara. Bangsa Indonesia terkejut sudah sejauh ini mereka berniat untuk mengotak-atik ideologi Pancasila. Partai-partai khususnya partai pemenang pemilu yang diandalkan oleh kader PKI semestinya waspada pada penyusupan, penunggangan, atau mungkin suaka politik.

Gerakan amuboid PKI yang menempel sebagai parasit bekerja sangat aktif. Ada anggapan bahwa saat ini adalah momentum untuk bangkit. Apalagi 23 Mei 1920 tepatnya 100 tahun yang lalu adalah berdirinya PKI dalam Kongres ISDV Semarang. 

Menguatnya hubungan negara RI dengan RRC telah membangun kepercayaan diri dari para aktivis di dalam negeri. Baru di era pemerintahan ini Partai Komunis China dapat menginjakkan kaki di Istana Negara. 

Din Syamsuddin, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, dalam laman pangandaran.pikiran-rakyat.com edisi 8 Juni 2020, merespons terkait isu bangkitnya PKI. Tokoh Muhammadiyah tersebut menilai ungkapan PKI tidak bangkit lagi sengaja digaungkan untuk meninabobokkan para tokoh dan masyarakat agar tidak lagi membahas soal ancaman PKI.

_“Saya tahu terakhir ini banyak narasi, termasuk para cendekiawan, tak terkecuali cendekiawan muslim yang memberikan argumen ‘tidak mungkin Komunisme akan bangkit, tidak mungkin PKI akan bangkit. PKI, Komunisme sudah mati,”_ ungkap Din Syamsuddin, seperti dilansir dari hajinews.id.

Penjelasan itu diungkap Din dalam diskusi daring _‘Komunisme dan Arogansi Oligarki Dibalik RUU Haluan Ideologi Pancasila’_ pada Sabtu, 6 Juni 2020.

Argumen semacam itu diembuskan oleh pendukung Komunisme dan PKI dalam rangka meninabobokkan masyarakat agar lengah, kata Din. Lebih lanjut, ia juga mengungkap, paham Komunisme sebagai isme atau ideologi tidak mudah dibunuh, bahkan akan terus tumbuh. 

_“Apalagi dalam perjalanan sejarah ideologi tersebut mengalami kefatalan, atraksi yang fatal, terutama ketika mereka memberontak, ketika mereka melakukan kudeta umpamanya, dan kemudian terkalahkan, dibasmikan, terberantaskan, maka secara psikologis sangat mungkin pada diri generasi penerus menyimpan dendam dan kemudian melakukan upaya-upaya untuk balas dendam,” terang Din.

_“Sebuah ideologi akan mudah tersebar jika ada dukungan politik, dukungan negara,”_ tegasnya.

*C. Strategi Umat Islam Dalam Menghadapi Bangkitnya Kembali  Paham Komunisme di Indonesia.*

1. Meningkatkan pengajaran Aqidah dan Jihad kepada umat Islam.

Komunisme adalah sebuah ideologi hasil pemikiran yang mendalam dari manusia untuk menjawab tantangan yang dihadapi masyarakat pada zamannya. Tentunya dia bukanlah sekedar hasil pemikiran kedai kopi yang tidak didasari oleh landasan berpikir ilmiah yang bisa dengan mudah dipatahkan argumentasinya. Dia pasti juga mempunyai daya penetrasi yang kuat terhadap pola berpikir masyarakat umum. Tanpa dibekali oleh mindset yang benar dan kokoh, masyarakat akan dengan mudah bisa terbawa ke dalam pola pikir Komunisme sehingga akan bersedia untuk menjadi pengikutnya yang setia. Apalagi jika kondisi dan situasi sosial dan kejiwaan masyarakat tersebut sesuai serta cocok untuk tumbuh berkembangnya paham Komunisme.

Aqidah Islam yang kuat tertanam di dalam jiwa seorang Muslim akan mampu menangkal  pengaruh buruk dari ideologi Komunisme, bahkan ideologi apapun tak akan mampu menggoyahkan keyakinannya. Para Ulama sudah harus merancang sebuah metode jitu yang efektif untuk memberi  pengajaran Aqidah Islam yang sudah beberapa dekade seakan disingkirkan dari  kurikulum  pelajaran. Umat sangat membutuhkan sebuah pondasi yang kuat dan kokoh agar tidak mudah kakinya digoyahkan oleh terpaan angin jahat yang setiap hari menghantam dirinya dari segala arah.

Selain itu yang tidak kalah pentingnya ialah pelajaran tentang Jihad yang juga sering luput dari perhatian para Ulama. Ruh Jihad sangat mendesak untuk ditanamkan ke dalam dada-dada umat Islam terutama generasi  mudanya yang saat ini terlihat amat rapuh dan cengeng serta tidak mempunyai semangat juang tinggi yang lebih menyukai bercanda bersantai ria. Apalagi lawan yang akan dihadapinya adalah Komunisme yang dalam perjalanan sejarahnya selalu diwarnai oleh pertumpahan darah dan kekejaman yang tiada tara. Bagaimana para pemuda Muslim akan berani berhadapan dengan mereka jika tidak dibekali dengan Ruh Jihad yang menyala-nyala?!

2. Memberikan sosialisasi kepada umat mengenai fakta sejarah Komunisme di Indonesia dan selalu melakukan counter terhadap upaya-upaya infiltrasi.

Para Ulama bersama-sama dengan tokoh bangsa dan ahli sejarah harus menyusun sebuah metode sosialisasi mengenai paham Komunisme dan fakta sejarahnya yang akan diberikan kepada umat agar memahaminya dengan benar. Hal ini untuk menangkal adanya upaya pembelokan sejarah nasional  yang sudah sering kali dilakukan oleh pihak-pihak yang menginginkan bangkitnya kembali Komunisme di Indonesia. Fakta mengenai kekejian PKI serta upaya kudeta berkali-kali juga harus terus disosialisasikan.

Selain itu para Ulama beserta para ahli yang berkompeten di bidangnya harus selalu melakukan counter terhadap upaya-upaya penyusupan Komunisme ke dalam sistem pemerintahan. Contoh nyata adanya penyusupan ini ialah terpilihnya beberapa tokoh yang dicurigai loyal  terhadap Komunisme seperti Ribka Tjiptaning dan kawan-kawannya di DPR dan yang terbaru adalah upaya memasukkan paham Kapitalisme ke dalam sistem perundang-undangan melalui RUU HIP. Para ahli hukum  harus terus menerus melakukan counter dan penentangannya agar RUU tersebut jangan sampai lolos menjadi Undang-undang.

3. Mengadakan upaya Persatuan Islam dengan menganggap Komunisme sebagai musuh bersama yang harus dilawan.

Kondisi umat Islam yang masih tercerai berai saat ini memang sungguh memprihatinkan. Belum terlihat adanya kesatuan diantara kelompok dan golongan yang ada di Indonesia. Jika hal ini terus berlangsung, dikhawatirkan tidak akan mampu melawan kekuatan Komunis yang sedang menyusun kekuatannya. Tetapi berita terakhir mengenai penolakan RUU HIP oleh kedua ormas Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah, menjadi harapan tersendiri akan bisa tercapainya Persatuan Islam yang sudah lama diidam-idamkan.

Dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, menolak dengan tegas pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP). Kedua ormas tersebut meminta agar pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat menghentikan pembahasan RUU HIP, demi kemaslahatan rakyat Indonesia. 

Pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menolak pembahasan RUU HIP dalam pernyataan sikap, Selasa (16/6) siang.

Sebagai hukum tertinggi yang lahir dari konsensus kebangsaan, menurut PBNU, Pancasila tidak bisa diatur oleh peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. Pengaturan Pancasila ke dalam sebuah undang-undang akan menimbulkan anarki dan kekacauan sistem ketatanegaraan. 

Muhammadiyah juga menolak RUU HIP. Hal itu ditegaskan dalam pernyataan resmi Muhammadiyah yang diteken Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Sekretaris Umum Abdul Mu'ti, Senin (15/5). 

_"Muhammadiyah mendesak DPR untuk lebih sensitif dan akomodatif terhadap arus aspirasi terbesar masyarakat Indonesia yang menolak RUU HIP dengan tidak memaksakan diri melanjutkan pembahasan RUU HIP untuk kepentingan kelompok tertentu,"_ ungkap Haedar Nashir, demikian ditulis oleh laman: kontan.co.id pada edisi 17 Juni 2020.

Semoga saja berita tersebut di atas menjadi awal terbentuknya Persatuan Islam yang permanen demi tegaknya Syari’at Islam dan bangkitnya kembali Peradaban Islam yang agung.

*IV. KESIMPULAN*

1. Komunisme muncul  sebagai koreksi atas kegagalan Kapitalisme dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Konsep masyarakat tanpa kelas tidak bisa terwujud, justru negara dikuasai oleh segelintir elit partai yang menguasai pemerintahan dan bersifat korup. Negara menjadi kelas penindas yang tidak kalah kejamnya dibanding kelas kapitalis. Di bidang ekonomi, pertumbuhannya  tidak dapat berkembang secara optimal karena masyarakat sebagai pelaku usaha tidak dihargai sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

Komunisme yang masuk ke Indonesia pada tahun 1913 ini awalnya tidak mempropagandakan komunis, namun lambat laun mengubah diri menjadi berpandangan komunis. Setelah keberhasilan revolusi di Rusia, mereka memasuki organisasi-organisasi massa untuk menyebarkan paham ini. Sebelum menjadi partai terlarang, PKI mengusung citra sebagai partai rakyat. Program partai berlambang palu arit ini secara umum ditujukan untuk meninggikan harkat hidup wong cilik. Mulai dari upah kerja yang layak, pembagian tanah, jaminan kesehatan, pendidikan, hingga rekreasi.

2. Banyak terdapat indikasi yang ditengarahi sebagai  upaya Komunisme untuk bangkit kembali diantaranya adalah: menuntut negara untuk meminta maaf atas peristiwa di tahun 1965, pemerintah juga diminta mengusut kuburan massal anggota PKI pada 1965. Kuburan ini diklaim menjadi bukti adanya pembantaian yang terstruktur, maraknya penyelenggaraan seminar, diskusi, serta pertemuan-pertemuan yang digagas dan dilaksanakan oleh pihak yang mengatasnamakan simpatisan atau pembela hak asasi manusia PKI, juga maraknya simbol, logo, dan hal ihwal yang berhubungan dengan PKI.

Juga dengan adanya upaya penyusupan ke dalam sistem pemerintahan seperti terpilihnya anggota DPR Ribta Tjiptaning yang dicurigai loyal terhadak PKI, dan yang paling baru adalah melalui RUU HIP.

3. Strategi umat Islam dalam menghadapi bangkitnya kembali  paham Komunisme di Indonesia, antara lain dengan cara: 

a. Meningkatkan pengajaran Aqidah dan Jihad kepada umat Islam.
b. Memberikan sosialisasi kepada umat mengenai fakta sejarah Komunisme di Indonesia dan selalu melakukan counter terhadap upaya-upaya infiltrasi.
c. Mengadakan upaya Persatuan Islam dengan menganggap Komunisme sebagai musuh bersama yang harus dilawan.


*V. DAFTAR PUSTAKA*

1. Ningrum, Desi Aditia: _”Sejarah Masuknya Komunisme di Indonesia”_, 30 September 2019, merdeka.com.

2. Sitompul, Martin: _”Gaya PKI Memikat Rakyat”_, historia.id.


#LiveOppressedOrRiseupAgainst
#LamRad

Read more...

About This Blog

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP